Mendengar kata Sarinah, yang terbayang pastilah sebuah gedung pusat perbelanjaan di perempatan Sarinah-Thamrin yang bersebelahan dengan Djakarta Theater. Padahal, Sarinah mengemban arti yang lebih besar dari sekadar pusat perbelanjaan di pusat Jakarta.
Sarinah adalah department store tertua di Indonesia yang didirikan Bung Karno pada 15 Agustus 1962. Nama Sarinah diambil
dari nama pengasuh kesayangan sang proklamator, Mbok Sarinah, yang menurut pengakuan Bung Karno dalam buku Bunga Rampai Perjalanan Sang Dewi, adalah sosok penuh kasih yang mendidik dan membuatnya mengerti bahwa segala sesuatu di Indonesia bergantung pada rakyat jelata.
Namun, seiring berjalannya waktu, Sarinah seakan terkikis zaman. Dulu begitu megah, tegak berdiri dengan segala kebanggaannya, kini harus bersaing dengan banyak peritel raksasa mancanegara yang masuk ke Indonesia. Mengerti bahwa kemodernan harus disuntikkan ke dalam roh Sarinah, Direktur Utama PT Department Store Indonesia Sarinah Jimmy M Rifai Gani bertekad membawa Sarinah ke level baru.
Bukan untuk bersaing dengan peritel raksasa, melainkan membentuk liga sendiri, di mana Sarinah bisa kembali menjadi ratu dengan segala kejayaannya.Bagaimana Dirut BUMN termuda ini menjawab tantangan tersebut? Berikut wawancara dengan Jimmy M Rifai Gani.
Sebagai Direktur Utama Sarinah yang baru, bisa dijelaskan visi dan misi Anda untuk memajukan Sarinah ke depan?
Kalau kita berbicara ke depan, berarti kita juga harus melihat ke belakang, seperti apa Sarinah itu sebenarnya. Bung Karno, sebagai pendiri, punya kebanggaan terhadap Sarinah. Bukan karena ini department store pertama, melainkan nama department store ini diambil dari nama pengasuhnya.
Dalam perkembangannya,Sarinah menghadapi banyak persaingan. Jika boleh saya katakan, kini Sarinah tenggelam, apalagi bila dibandingkan ritel lain yang agresif berekspansi. Saat ini kami hanya memiliki lima outlet lain dan tidak hanya department store, tapi juga properti serta minimarket.
Itu modal yang dimiliki Sarinah. Dengan melihat itu,kami tentu tidak bisa sertamerta bersaing langsung dengan peritel yang sudah well-established. Kami harus menemukan satu titik di mana kami bisa bersaing yakni menjadi speciality store dengan mengedepankan keanekaragaman Indonesia sebagai jati diri Sarinah.
Bagaimana cara Anda mewujudkan hal itu?
Berangkat dari jati diri Sarinah yang kaya akan keanekaragaman Indonesia, kami merencanakan untuk mengadakan showcase of Indonesian product agar roh ke- Indonesiaan Sarinah lebih kelihatan. Itu advantage bagi Sarinah karena sejak dulu Sarinah memang terkenal dengan handicraft product-nya, apalagi untuk konsumen asing.
Saat ini kami tengah mencanangkan program "Little Indonesian Exhibition" yang tergabung dalam tema besar Experiencing Colorful Indonesia, di mana setiap provinsi bisa mengadakan pameran mengenai daerahnya, baik fashion, kerajinan, maupun kuliner yang dibarengi show kebudayaan.
Saya rasa itu akan jadi hal yang menarik mengingat Jakarta merupakan provinsi yang begitu beragam dengan banyak pendatang. Eksebisi tersebut juga sekaligus bisa menjadi acara reuni atau temu kangen bagi orang-orang daerah yang merantau ke Ibu Kota.
Berapa jumlah konsumen Sarinah saat ini dan bagaimana tingkat penjualannya?
Pengunjung harian Sarinah mencapai angka rata-rata 4.000 per hari, 2.000 di antaranya melakukan transaksi Rp200.000 sehingga omzet harian Sarinah kurang lebih Rp400 juta. Dalam setahun angka itu berkumulasi menjadi Rp140-160 miliar.Tapi, dari pengunjung yang datang kebanyakan hanya orangorang yang bekerja di daerah sekitaran Thamrin.
Target kami adalah meningkatkan jumlah kunjungan hingga 6.500 orang per hari dengan 80 persennya berbelanja rata-rata Rp500 ribu Dengan demikian, omzet Sarinah bisa naik enam kali lipat. Tapi, tentu kami harus melakukan banyak hal seperti membenahi tata interior dan lighting, juga promosi yang lebih gencar.
Bagaimana dengan konsumen asing?
Ya,itu juga menjadi target kami berikutnya. Kami akan merambah jenis konsumen lain yakni konsumen asing yang saat ini kami rasa tidak terlalu signifikan. Padahal, menurut angka kunjungan,Indonesia punya tujuh juta turis asing per tahun dan 1,4 juta di antaranya di Jakarta.
Kalau 700 ribu orang turis bisa kami tarik ke Sarinah, saya rasa target 6.500 orang tadi dapat tercapai. Jika yang disasar adalah konsumen asing,treatment-nya pun harus berbeda.Kami berencana menaruh iklan dan pemberitaan mengenai Sarinah di Inflight Magazine,membuat showcase Sarinah di Bandara, juga memberikan fasilitas call toll free bagi mereka.
Itu di Bandara, sementara di hotel-hotel kami akan menyediakan pelayanan penjemputan, yang terdiri atas dua macam servis yaitu individual service dan umum dengan shuttle bus. Setelah sampai di Sarinah, mereka juga akan disambut dan dilayani dengan baik oleh staf yang sudah terlatih sehingga keramahan Indonesia benarbenar terlihat.
Berapa lama Anda menargetkan semua perubahan itu?
Saya bukan orang yang mulukmuluk. Tahun ini kami memfokuskan pada pembenahan fisik yang mungkin akan selesai dua tahun lagi. Saya rasa 2011 kami siap take off dan mencapai target itu. Jika konsep ini berhasil di Jakarta,konsep tersebut akan kami replika dengan melakukan ekspansi ke beberapa daerah di Indonesia,dan bahkan nanti bisa mendunia.Kami punya rencana untuk membuka toko di Shanghai, tapi itu masih dalam tahap negosiasi.
Lalu bagaimana dengan tenant Sarinah sendiri, apakah akan ada perubahan tenant dengan slogan baru Sarinah, Experiencing Colorful Indonesia?
Kami juga telah memikirkan hal itu.Tentu, kami menginginkan tenant yang punya satu bahasa dengan tema tersebut. Karena itu, kami akan menyelaraskan konsep tersebut dengan para tenant.Tapi, bukan berarti semua yang tidak berbau Indonesia kemudian tidak cocok.Malah dengan adanya mereka, bisa lebih terlihat Sarinah yang beraneka.
Ambil contoh McDonald yang justru menjadi pemikat konsumen. Kita juga harus ingat bahwa di Sarinah bukan hanya ritel, melainkan juga trade, termasuk ekspor di mana kami memiliki komitmen kuat,impor,dan properti.
Sebagai department store tertua yang masih bertahan, Sarinah tentu memiliki hal-hal yang tidak dimiliki pusat perbelanjaan lain. Di mana kekuatan Sarinah sebenarnya?
Hanya tiga hal yakni lokasi, lokasi, dan lokasi. Sebagai yang pertama, Sarinah menjadi identik dengan produk lokal, terutama handicraft dan batik. Selain itu, Sarinah juga memiliki banyak konsumen setia seperti turis-turis Jepang yang menyebarkan promosi dari mulut ke mulut mengenai Sarinah sebagai tempat untuk membeli suvenir.
Saat ini tengah gencar dilakukan promosi mengenai mal sebagai pusat penjualan busana dan lifestyle. Bagaimana Sarinah melihat hal tersebut?
Untuk fashion, kami bekerja sama dengan para desainer melalui dua cara.Yang pertama sistem konsinyasi dan yang kedua kami yang mencari barang sendiri dengan sistem beli putus. Namun, untuk ke depan, kami pun akan mengembangkan anak perusahaan yang memproduksi fashion item dan produk Sarinah sendiri.
Hal itu termasuk pengembangan dari program kemitraan Sarinah dengan 600 UKM. Nanti mereka juga bisa melakukan showproduk di Sarinah karena kami akan membangun mezzanine sebagai tempat showcase.
Nanti, Sarinah pun bisa menjadi sebuah kesatuan dari rangkaian industri dari hulu ke hilir,mulai sisi kreatif hingga sampai ke tangan konsumen. Sementara untuk gaya hidup, Sarinah menawarkan pengalaman khas Indonesia dengan menonjolkan rasa kedaerahan itu.
Bagaimana dengan pengaruh krisis?
Krisis memang sedikit berpengaruh terhadap tingkat penjualan. Namun, itu tidak terlalu signifikan dan masih bisa disiasati. Kami percaya, dengan target konsumen asing dan program yang kami lakukan, kami justru menjemput bola. Toh, kalau kita lihat dari tren wisatawan, tidak terjadi penurunan yang terlalu jauh.
Orang akan tetap pergi ke luar dan berbelanja.Kalau kita bicara gift item dan suvenir, orang akan tetap membeli barang-barang itu. Masalahnya dengan penurunan, saya rasa karena kita belum optimal saja dalam mendapatkan pasar yang seharusnya bisa kita dapatkan dan kita harus kerja keras untuk mencapai target yang tadi saya ungkapkan. Tapi, saya percaya bisa memperbaiki dan mencapai level yang jauh lebih tinggi dari apa yang telah kami capai sekarang. (lesthia kertopati)
Tulisan / Model, silahkan baca selengkapnya di sini....